Dalam sebuah ikatan yang beratasnamakan cinta kini kau berjanji akan terus bersama dalam ruang hati. Sekian waktu kita lewati dalam konteks yang kau sendiripun sulit untuk menjelaskan maksud dari itu semua.
Kegelisahan menghantui disetiap ruang kosong pikiranmu, kau selalu bergumam bahwa ini harus diselesaikan, namun aku tidak mengerti apa maksud dari itu semua, kau berlari seolah menjauh dariku, kau berjalan disetapak jalan yang gelap tanpa ada cahaya penerangan.
Mereka meneriakimu seakan mengahsut semua pemikiranmu tentangku, kau mulai berfikir tanpa melihat sebuah oasis ditengah padang gurun yang gersang diluar sana, disini aku hanya diam melihat kau seperti ini, kata seakan membisu menahan sakit yang tak bisa kau baca dengan akal sehatmu sekalipun.
Kau menghampiriku dengan sejuta ungkapanmu yang menggebu, aku tak mengerti atas keadaanmu, aku berfikir atas semua lontaran panah api yang kau berikan tanpa adanya alasan, aku mengerti atas kemauanmu, aku terdiam dan menerima semua permintaanmu.
Sekian waktu kau menghilang, kini kau hadir kembali dalam tatapanku yang berada disatu titik penglihatan, kini kau hadir bak sebuah oasis yang kau abaikan sebelumnya.
Kini kau tunjukan perasaanmu padaku, kini kau memohon berulang kali untuk tetap bersamaku, kini kau sendiri yang membuatmu malu dirimu sendiri, kini kau yang terlihat munafik, andai saja saat dulu kita masih bersama, kau bisa menghargai sedikit perasaanku terhadapmu, tapi sayang semua sudah terlewati, kini kau hanya bisa merasakan penyesalanmu.
Bukan aku tak bisa memberimu kesempatan, beribu kesempatanpun masih ada untukmu, tapi hati ini terlalu sakit untuk menerimamu kembali dikehidupanku.
Menerima kau yang sudah sungguh jelas melukaiku, mengabaikanku dan tak pernah merasakan adanya aku disetiap ruang kosong hatimu. Aku selalu bertahan menutupi luka kesedihan, namu semua untuk apa ku tahan lagi.
Maaf semua sudah terlewati, kau yang telah mencampakanku begitu saja, jangan pernah berharap aku akan kembali denganmu meski dalam keadaan sakit atas tingkahmu. Maaf~