Rabu, 18 April 2012

♥ Akhir Cerita Cinta ♥

sandiwarakah selama ini
setelah sekian lama kita tlah bersama
inikah akhir cerita cinta
yang selalu aku banggakan di depan mereka

entah dimana kusembunyikan rasa malu

reff: kini harus aku lewati
sepi hariku tanpa dirimu lagi
biarkan kini ku berdiri
melawan waktu tuk melupakanmu
walau pedih hati namun aku bertahan

entah dimana kusembunyikan rasa malu


-Glenn Fredly-


Selasa, 10 April 2012

Salah Saya..

Pertama, salah saya karena saya yang mau meladeni kamu. Walaupun kamu bilang tidak ada reaksi bila tidak ada aksi. Tapi saya memilih bereaksi untuk meladeni, bukan diam. Jadi, ini salah saya. (0-1)

Kedua, salah saya yang tidak benar-benar menjelaskan kalau saya sudah memiliki pasangan, walaupun kamu bilang salah kamu yang tidak benar-benar mendengarkan penjelasan-secara-tidak-langsung saya. Tapi seharusnya saya bisa memilih untuk benar-benar menjelaskan, bukan menjelaskan secara-tidak-langsung. Jadi, lagi-lagi salah saya. (0-2)

Ketiga, salah saya karena dari awal kamu menghendaki untuk perlahan. Tapi saya beraksi dengan mengajak cepat, dan kamu terpancing. Ini tidak perlu diperdebatkan, salah saya. (0-3)

Keempat, salah saya yang tidak mempermasalahkan kepergian kamu nanti. Saya terlalu percaya bila kita jalan bersama, jarak tidak akan berpengaruh apa-apa. Karena setau saya, Matahari yang kamu lihat nanti, masih sama dengan Matahari yang saya lihat. Jadi bukan masalah. Tapi salah saya yang tidak bisa mengajak kamu untuk memiliki pikiran yang sama. Lihat, salah saya lagi. (0-4)

Kelima, salah saya karena dipikiran saya cinta ini belum selesai. Dan kamu terlihat-walaupun-secara-perlahan menjelaskan bila ini sudah selesai. Iya, memang salah saya. (0-5)

Sudah sampai diangka 5 saya berbuat salah kepada kamu. Dan ini aneh. Kita seakan mengakhiri sesuatu yang bahkan belum kita mulai

Kita Harus Bangun..

Malam ini aku akan membangunkanmu tapi kamu juga harus janji akan membangunkanku juga, tidak ada lagi yang boleh tertidur di masa lalu, tidak ada lagi kesedihan dan air mata yang akan menetes saat kita mengingat. Aku tahu kalau kita masih rindu, kita masih sayang dan kita masih saling menunggu, tapi sampai kapan kita tertidur dengan bunga mimpi yang kita anggap indah namun duri yang ada saat kita terbangun. Kita harus sadar bahwa sudah tiada lagi harapan untuk kita bersama merajut ataupun membenahi yang pernah ada diantara kita.

Setelah kita tak lagi bersama, kita saling menuai benci, menganggap bahwa aku terlihat jahat dimatamu dan begitu juga sebaliknya, kita mencoba untuk saling melupakan bahkan menganggap kalau kita tak pernah saling mengenal, menghapus semua kenangan, membuang semua barang-barang yang pernah kita saling berikan tapi ternyata semua tentang kita semakin pekat diingatan enggan menyingkir dan kita semakin merindu. Tidak seharusnya kita saling benci setelah semuanya usai, aku tahu sebenarnya kita bukan saling membenci tapi kita menyesal karena tidak bisa mengulang semua moment indah yang pernah kita lewati atau mungkin dengan semua janji-janji manis yang pernah kita ucapkan namun semuanya tidak bisa kita tepati.

Malam ini,. Malam ini kita benar-benar harus bangun jangan tunggu esok atau kapanpun. Mencoba menghilangkan luka, membuang rasa benci dan menghabiskan semua penyesalan yang ada. Kelak jika kita dipertemukan kembali aku ingin hanya ada senyum, tawa, dan perbincangan yang hangat untuk mengetahui kabar kita masing-masing bukan kembali menyesali kenangan kita.

Bukan Waktu Yang Menjawab...

Ada beberapa hal yang ingin aku katakan kepada kamu malam ini, hal yang membuatku selama ini tidak bisa berfikir waras tentangmu. Malam ini aku rindu kamu! Itu yang ingin aku sampaikan namun entah apakah aku masih pantas mengatakan rindu, masih bisa kah kamu mebalas lima huruf itu yang membuat aku sesak setiap malam ketika mengingatmu dengan semua kenangan yang pernah kita tanam. Seutuhnya aku hanya ingin mengatakan, berteriak di telingamu, menghabiskan semua sesak yang aku rasa. Setelah kau pergi apa yang kurasa? hampa! yaa.. sebuah kata yang terdengar berlebihan tapi memang itu yang aku rasakan tapi aku yakin kalau kehampaan ini hanyalah sementara, sama seperti aku di tinggal seseorang sebelum kamu masuk kedalam hidup ini dan aku hanya menunggu waktu yang akan menyapu semua kehampaan yang ada. Aku cukup diam menghabiskan semua rasa yang ada saat ini dan berdo’a agar diri ini kembali seperti semula seperti sebelum kehadiran dan kepergianmu.

Merasa aneh pada diri sendiri yang selalu bisa memaafkan semua kesalahan dan kebohonganmu, habis semua akal sehat yang selama ini aku pertahankan, aku tidak tahu bius apa yang kamu berikan kedalam telingaku hingga sebegitu percayanya aku dengan apa yang kamu katakan di masa kita atau aku terhypnotis atas semua yang ada di dalam dirimu, kagum yang tiada batas. Aku sungguh mengagumimu saat itu, semua gerakmu aku kagumi, semua perkaataanmu aku percaya walaupun hari ini terbukti semuanya salah karna kamu sekarang lebih memilih untuk pergi entah dengan siapa sedangkan aku terhempas dengan semua nalar yang belum sembuh.

Apa aku harus bodoh seperti yang lain mengatakan sesungguhnya cinta tak harus memiliki dan mendo’akanmu bahagia disana sedangkan aku tersiksa rasa yang tak kunjung aku temui sudahnya, atau aku harus diam tanpa mendo’kanmu dan berhenti berusaha supaya kamu kembali. Saat ini aku berada dipuncak kebingungan entah apa yang harus aku lakukan. Apa isi hati dan fikiranku harus aku pertahankan atau aku buang secepatnya. Aku membiarkan asa-ku hilang dengan sendirinya tanpa memupuknya namun waktu tak mampu mengikis walaupun hanya sedikit. Ada satu hal yang aku takutkan yaitu ketika kamu mengatakan “Hai, apa kabar?” setelah lama kita tidak bertemu karena aku yakin kata itu akan terdengar lebih menyakitkan jika dibandingkan perpisahan kita dan jawaban apa yang harus aku berikan atas pertanyaan itu? apa yang harus aku lakukan untuk menepis kata itu dan melihat senyummu ternyata lebih merekah jika dibandingkan ketika bersamaku, jika demikian aku tahu bahawa kepergianmu saat itu adalah tujuan kebahagiaanmu bukan demi kebaikan kita

Dear, Yang Tak Sanggup Ku Sebut..

Yang Tak Pernah Sanggup Ku Kirim

Dear, Yang Tak Sanggup Ku Sebut..

Sebelum kutulis surat ini lebih lanjut, lebih baik kamu mencari posisi yang nyaman untuk membaca, karena aku tidak tahu apakah surat ini akan sangat panjang atau sangat pendek. Jika terlalu panjang aku minta maaf, karena mungkin aku ingin menganggap surat ini sebagai tong sampah hati tempat aku membuang semua yang selama ini terpendam membusuk di dadaku.

Kamu apa kabar?

Sepertinya pertanyaan itu tak pantas ku lontarkan karena kita tak pernah saling sapa. Hanya sekedar ingin melunakkan isi surat ini, aku menanyakan hal itu dan semoga tanpa aku tahu jawabannya, kamu akan selalu baik baik saja.

Entah mulai kapan aku mengagumimu lewat celotehan lucu, puisi atau sekedar twit foursquare, terkadang ketika kamu ngetwit posisimu ada di suatu tempat, aku ingin sekali datang kesana melihatmu dari kejauhan tanpa punya nyali untuk menyapa. Kamu adalah kekagumanku berselaput jarak dan nyali, mengenalmu dari kejauhan sudah menjadi kebahagiaan yang membuatku aneh dikeseharianku, kadang aku suka bertanya-tanya kalau sudah lebih dari 8 (delapan) jam kamu tidak meghisai timeline-ku, kamu dimana, sedang apa, kenapa belum ada twit-mu di timelineku?.. Oohh iya.. Aku selalu melihat timeline-mu, aku tidak ingin terlewatkan ocehanmu walaupun hanya sapaan “selamat pagi” yang bisa membuatku semangat sehari penuh. Maaf untuk itu, aku sudah terlampau jauh memperhatikanmu, sadar kalau aku sudah melewati teritorial perasaan yang sesungguhnya aku sendiri tidak ingin, dan entah sampai kapan aku akan melirik aktivitasmu di linimasa. Sebelumnya aku ingin menulis mengenai perasaan ini di #cumanaksirunite, tapi aku terlalu malu, dan mungkin surat ini adalah pelampiasanan perasa aksaraku. Ada beberapa puisi kecil yang sesungguhnya aku buat untuk kamu yang begitu saja mengudara di linimasa, celotehan rindu ataupun sesak yang aku lontarkan demi menenangkan diri sendiri.

Aku kira twitter hanya sebuah permainan dengan 140 karakter berisi celotehan celotehan yang tidak akan membawaku pada sebuah perasaan kagum ataupun seperti ini. Ternyata ini permainan yang membuatku terbawa arus celotehanmu hingga aku menggulung didalamnya. Kebahagiaan yang terlalu sederhana karena hanya melihat rajutan aksaramu dapat merubah warna pipiku sehari penuh walau kadang terselip perasaan yang membuat hati menggelitik nyeri. Surat ini akan sama nasibnya dengan puisi-puisi kecilku yang tak sanggup ku kirim, dan akan kujadikan bantal demi memimpikanmu atau aku terbangkan kelangit igauan dimimpiku malam ini, hingga entah.

Terima kasih dan terirama kasih atas segala kicauan yang mungkin kamu anggap sederhana, namun bagiku istana dengan segala rasa

Curhat Untuk Sahabat

Sahabatku, usai tawa ini ijinkan aku bercerita telah jauh ku mendaki sesak udara di atas puncak khayalan, jangan sampai kau disana.. telah jauh kutejatuh, pedihnya luka di dasar jurang kecewa dan kini sampailah aku disini.. yang cuma ingin diam, duduk ditempatku menanti seorang yang biasa saja.. segelas air di tangannya kala ku terbaring sakit… yang sudi dekat mendekap tanganku mencari teduhnya dalam mataku, dan berbisik “pandang aku, kau tak sendiri.. oh dewiku…” dan demi Tuhan hanya itulah saja, itu saja yang kuinginkan….. Telah lama ku menanti, satu malam sunyi untuk kuakhiri dan usai tangis ini, aku kan berjanji… untuk diam duduk di tempatku menanti seorang yang biasa saja, segelas air ditangannya kala kuterbaring sakit.. menentang malam tanpa bimbang lagi demi satu dewi yang lelah bermimpi, dan berbisik “selamat tidur, tak perlu bermimpi bersamaku” wahai Tuhan…jangan bilang lagi itu terlau tinggi